Semua berjalan seperti yang "Seharusnya"
Takdir...
Ahhh, bicara soal takdir aku sempat meragukannya. Aku bertanya2 bagaimanakah takdirku, akan seperti apa kehidupanku, bagaimana aku akan menjalani kehidupan yg fana ini, dengan siapa aku menikah, dan bagaimana aku mati. Adakah orang yg bersedih atas kematianku??
Pertanyaan yg sering tiba2 muncul begitu saja dalam sebuah benda kecil yg terbungkus dalam sebuah tempurung kepala yg di namakan otak.
Saat usia semakin dewasa, aku mulai berfikir. Hidup seperti apa yang akan aku jalani. Lalu kemudian aku sadar kalo semua belum terlambat untuk mulai menyusun rencana2 masa depan.
Usia 24 bukan lah usia yang bisa di anggap main2. Rasanya aku memikul beban yang teramat sangat berat. Menjadi seorang yg telah lulus sarjana+profesi tp belum mendapatkan pekerjaan jelas merupakan suatu mimpi buruk.
Teringat orang2 di luar sana yg seumuran denganku sudah menikah dan memiliki anak. Hidup mereka tampak bahagia dan seperti tanpa ada cela untuk sebuah kesedihan.
Aku iri.
Yhaa, aku iri dengan mereka yg punya segalanya, uang, kebahagiaan, dan tentu sj pasangan hidup yg di idam2kan.
Salahkah???
Lamunanku terkadang sering melayang jauh, ah seandainya aku bisa seperti mereka, bahagianya hidupku.
Pernahkah kamu merasa hidup dalam ketidak adilan???
Ada orang yang di uji dengan kemiskinan, buruk rupa serta fisik yg tidak sempurna.
Ada orang yang hidup bergelimang harta dengan rupa menawan dan fisik yg sempurna.
Ada orang2 yang hidup biasa2 saja dengan wajah biasa2 saja dan otak yg biasa2 saja.
Pernyataan bahwa "hidup itu adil" , aku mulai meragukan hal tersebut. Dimanakah letak keadilannya??
Aku terus menerus mencari pembenaran dan jawaban atas pertanyaan2 tersebut.
Lalu.............
Seiring berjalannya waktu aku mulai berfikir bahwa kata "adil" hanyalah soal "sudut pandang".
Ada orang yg terbaring koma di Rumah Sakit akibat penyakit kronis yg di alaminya. Iya bahkan tidak bisa melakukan kegiatan sehari2 secara mandiri, sehingga keseluruhan aktifitasnya harus di bantu bahkan bernafaspun di bantu oleh sebuah mesin. Seluruh anggota tubuhnya tidak bisa di gerakan, hanya mata yg sedikit terbuka dan indra pendengaran yg masih berfungsi dengan baik. Ia hanya bisa menangis.
Dalam ketidakberdayaannya ia bertanya, kenapa tuhan tidak adil??? Kenapa bukan orang lain saja yg berada di posisinya saat ini.
Di sebelahnya tampak seseorang yg terbaring lemah dan tidak bisa berjalan akibat kedua kakinya mengalami kelumpuhan, mengatakan hal yg sama, mempertanyakan letak keadilan.
Begitu banyak ketidakadilan dalam kehidupan ini.
Tapi............
Ada satu hal yg yang terlupakan, yaitu kita hidup dalam "dimensi waktu". Kemaren, hari ini dan esok hari.
Tak ada kehidupan yg di ciptakan dua kali. Waktu akan tetap berotasi sesuai dimensinya meskipun seluruh dunia berhenti. Tak ada yg salah.
ini hanyalah soal penerimaan. Menerima bahwa takdir sedang bekerja untuknya, bahwa semua sedang bekerja sesuai dengan yang seharusnya. Bahwa roda kehidupan sedang berputar sebagaimana mestinya.
Tidak perlu iri dan mengeluh dengan kehidupan yg sedang di jalani. tidak ada yg tau takdir seseorang esok hari dan kedepannya. Dan aku bersukur atas kehidupan yg sedang terjadi saat ini. Karena ku yakin takdirku sedang bekerja untukku.
Komentar
Posting Komentar